Dia paparkan beberapa indikator APEC sebagai aktor kunci ekonomi dunia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa kini saat yang tepat bagi APEC untuk menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi global. Maka, 21 anggota Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik itu harus menindaklanjuti prioritas-prioritas yang mereka bahas dalam pertemuan di Bali.
Demikian kata Presiden Yudhoyono saat membuka pertemuan APEC CEO Summit di Nusa Dua, Bali, Minggu 6 Oktober 2013. Ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan Pekan KTT APEC 1-8 Oktober 2013 yang melibatkan 16 pemimpin (minus Presiden Barack Obama), lima utusan khusus, dan lebih dari 1.200 pemimpin bisnis dan tokoh pemikir dunia.
Presiden Yudhoyono, dengan mengacu pada sejumlah indikator, mengungkapkan beberapa faktor mengapa APEC kini menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi dunia. "Para anggota APEC tetap menjadi sumber krusial bagi pertumbuhan global. Menurut IMF, sebagai kekuatan kolektif, ekonomi APEC diperkirakan tumbuh 6,3 persen pada 2013 dan 6,6 persen pada 2014. Ini lebih dua kali lipat dari rata-rata [pertumbuhan] dunia," kata Yudhoyono.
Saat ini, bila digabung, para anggota APEC menyumbang 54 persen dari produk domestik bruto global (GDP) dan 44 persen dari perdagangan dunia. "Selain itu, di Asia Pasifik sendiri, perdagangan telah tumbuh hampir tujuh kali lipat sejak 1989, mencapai lebih dari US$11 triliun pada 2011," kata Yudhoyono.
Dia juga mengungkapkan, walau bukan sebagai forum yang mengikat, dialog para pemimpin dan pengusaha APEC selama ini sudah memberi hasil dalam menuju liberalisasi perdagangan dan investasi. Dalam 25 tahun terakhir, rata-rata bea masuk impor sesama anggota APEC sudah turun hingga mendekati 70 persen.
Biaya untuk berbisnis di kalangan anggota APEC sudah menurun berkat penurunan tarif sebesar 5 persen dalam dua putaran berturut-turut. Penurunan tarif itulah, lanjut Yudhoyono, bisa menghemat hampir US$59 miliar untuk berbisnis di kalangan APEC.
"Semua ini menunjukkan bahwa, dengan berbagai potensi itu, APEC kini berada di posisi ideal untuk membantu pemulihan ekonomi global. Maka, upaya-upaya individual maupun kolektif para anggota APEC harus ditingkatkan lagi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Yudhoyono.
Untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik sebagai pusat perkembangan ekonomi dunia, lanjut dia, tuan rumah Indonesia telah menetapkan tiga prioritas: konsisten mencapai target yang dihasilkan dalam Deklarasi Bogor 1994, mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan dan berkeadilan, serta menjamin konektivitas antaranggota.
Demikian kata Presiden Yudhoyono saat membuka pertemuan APEC CEO Summit di Nusa Dua, Bali, Minggu 6 Oktober 2013. Ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan Pekan KTT APEC 1-8 Oktober 2013 yang melibatkan 16 pemimpin (minus Presiden Barack Obama), lima utusan khusus, dan lebih dari 1.200 pemimpin bisnis dan tokoh pemikir dunia.
Presiden Yudhoyono, dengan mengacu pada sejumlah indikator, mengungkapkan beberapa faktor mengapa APEC kini menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi dunia. "Para anggota APEC tetap menjadi sumber krusial bagi pertumbuhan global. Menurut IMF, sebagai kekuatan kolektif, ekonomi APEC diperkirakan tumbuh 6,3 persen pada 2013 dan 6,6 persen pada 2014. Ini lebih dua kali lipat dari rata-rata [pertumbuhan] dunia," kata Yudhoyono.
Saat ini, bila digabung, para anggota APEC menyumbang 54 persen dari produk domestik bruto global (GDP) dan 44 persen dari perdagangan dunia. "Selain itu, di Asia Pasifik sendiri, perdagangan telah tumbuh hampir tujuh kali lipat sejak 1989, mencapai lebih dari US$11 triliun pada 2011," kata Yudhoyono.
Dia juga mengungkapkan, walau bukan sebagai forum yang mengikat, dialog para pemimpin dan pengusaha APEC selama ini sudah memberi hasil dalam menuju liberalisasi perdagangan dan investasi. Dalam 25 tahun terakhir, rata-rata bea masuk impor sesama anggota APEC sudah turun hingga mendekati 70 persen.
Biaya untuk berbisnis di kalangan anggota APEC sudah menurun berkat penurunan tarif sebesar 5 persen dalam dua putaran berturut-turut. Penurunan tarif itulah, lanjut Yudhoyono, bisa menghemat hampir US$59 miliar untuk berbisnis di kalangan APEC.
"Semua ini menunjukkan bahwa, dengan berbagai potensi itu, APEC kini berada di posisi ideal untuk membantu pemulihan ekonomi global. Maka, upaya-upaya individual maupun kolektif para anggota APEC harus ditingkatkan lagi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Yudhoyono.
Untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik sebagai pusat perkembangan ekonomi dunia, lanjut dia, tuan rumah Indonesia telah menetapkan tiga prioritas: konsisten mencapai target yang dihasilkan dalam Deklarasi Bogor 1994, mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan dan berkeadilan, serta menjamin konektivitas antaranggota.


No comments:
Post a Comment