China berambisi menjadi raja kecerdasan buatan atau artificial intelligence dunia pada 2030. Untuk mewujudkan ambisi tersebut, Negeri Tirai Bambu itu sedang gencar mengembangkan inisiatif kecerdasan buatan untuk fasilitas umum.
Salah satunya, China ingin membangun kantor polisi berbasis kecerdasan buatan di Wuhan, salah satu kota besar di daratan Negeri Panda tersebut. Kantor polisi khusus ini akan fokus menangani masalah soal lalu lintas dan pengemudi kendaraan.
Dikutip dari Futurism, Jumat 24 November 2017, kantor polisi itu sangat kontras dengan kantor polisi konvensional. Sebab, kantor di Wuhan ini dilengkapi dengan infrastruktur serba otomatis dan tanpa ada tenaga petugas manusia.
Berdasarkan laporan dari paper finansial China Caijing Neican, kantor polisi futuristik ini akan menawarkan simulasi ujian pengemudi dan layanan registrasi pengemudi. Layanan otomatis tersebut didukung dengan teknologi canggih pengenalan wajah dari Tencent.
Teknologi ini akan mengidentifikasi warga di kantor polisi tersebut, dan langsung akan bisa mengakses semua informasi orang yang bersangkutan.
Dengan otomasi tersebut, diharapkan nantinya bisa mengurangi kebutuhan antrean panjang di kantor polisi. Warga tak perlu lama-lama menunggu duduk di kantor polisi, dan akhirnya keperluan serta pengurusan di kantor polisi itu berjalan ringkas serta efisien.
Nantinya, begitu kantor polisi canggih ini resmi dibuka, akan melayani publik selama 24 jam nonstop, didukung hardware yang didedikasikan khusus untuk melayani total warga. Dengan berbagai fasilitas itu, bisa mengeliminasi kesalahan akibat manusia, dan kegagalan teknis lainnya.
Jika nantinya kantor polisi berbasis kecerdasan buatan ini sukses, akan menjadi pintu masuk bagi pengembangan fasilitas publik lain non manusia di seluruh daratan China.
Layanan publik atau pekerjaan yang otomatis itu memang membuka perdebatan bagaimana dampaknya bagi tenaga manusia ke depan, apakah akan benar-benar digantikan oleh kecerdasan buatan atau robot.
Memang mau tidak mau, teknologi akan terus berkembang. Sudah banyak penelitian yang memperkirakan ke depan lingkungan kerja berubah menjadi lingkungan otomatis.
Salah satunya studi Universitas Oxford, Inggris pada 2013, memperkirakan 47 persen pekerjaan di AS akan terotomatisasi dalam dua dekade ke depan. Kemudian studi dari Forrester pada 2016, memprediksikan teknologi kognitif akan mengambil alih 7 persen pekerjaan di AS pada 2025."Jika masyarakat tak beradaptasi dengan cukup tepat, ini bisa menyebabkan ketidakstabilan," ujar penasihat strategis senior di Pusat Otak dan Robotika Pusat PBB, Irakli Beridze kepada surat kabar Belanda Telegraaf.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment