Home » » Mesir, Setelah Presiden Mursi Dikudeta

Mesir, Setelah Presiden Mursi Dikudeta

Ketua Mahkamah Konstitusi dilantik sebagai Pejabat Sementara Presiden.



Krisis politik Mesir terus berlanjut. Tergulingnya rezim Hosni Mubarak dan terpilihnya Mohamed Mursi jadi presiden melalui pemilu demokratis pertama di negeri itu, ternyata bukan jaminan bahwa krisis di Negeri Piramid segera berakhir. 

Militer kembali turun tangan dan lagi-lagi menjungkalkan presiden yang sedang memerintah. Mursi jadi korban terkini aksi militer itu. Walau militer sudah menunjuk presiden sementara dan menjanjikan pemilu secepatnya, juga tidak bisa menjamin gejolak di Mesir segera tamat.

Kubu oposisi boleh saja senang berpesta merayakan tergulingnya Mursi di bawah pesta kembang api dan kibaran bendera-bendera Mesir pada Rabu malam waktu setempat. Namun, tidak sedikit pendukung Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang berpengaruh besar di negeri itu bertekad akan memberi perlawanan berupa aksi-aksi protes secara massal, yang dimulai usai Salat Jumat 5 Juli 2013.  

"Ini adalah kudeta militer. Kami akan tetap bertahan dan berjuang menegakkan kembali legitimasi Presiden," kata salah seorang aktivis Ikhwanul, Mohamed el-Beltagy, di lokasi demonstrasi di suatu masjid kota Kairo, seperti dikutip kantor berita Reuters.

Namun, dia bertekad bahwa Ikhwanul tidak akan melancarkan perlawanan bersenjata. "Tidak. Gerakan kami sudah 85 tahun. Walau bertahun-tahun ditindas oleh rezim yang didukung militer, kami sudah lama meninggalkan kekerasan," kata El-Beltagy. 

Masalahnya, tiada yang menjamin bahwa kudeta ini bakal menyudahi krisis politik yang telah merenggut korban jiwa. Baku hantam antara massa pendukung Mursi dan kubu oposisi dalam beberapa hari terakhir sejak akhir pekan lalu telah menewaskan belasan orang dan melukai puluhan lainnya di Kairo, Alexandria, dan kota-kota lain. 

Dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, militer benar-benar bertindak 48 jam setelah mengultimatum Presiden Mursi. Melihat Mursi belum juga berhasil menyelesaikan konflik dengan kubu oposisi, yang menuntut dia mundur, militer pada Rabu kemarin menerapkan langkah drastis dengan menjungkalkan Mursi dari kekuasaan.

Tidak hanya itu, Mursi langsung ditahan dan para pembantunya serta tokoh-tokoh kelompok Ikhwanul Muslimin yang mendukung Mursi pun ditangkapi. Kubu oposisi dan para pendukungnya langsung berpesta merayakan tergulingnya Mursi pada Rabu malam waktu setempat, baik di alun-alun Lapangan Tahrir di Kairo maupun di kota-kota lain.

Bagi mereka, walau dipilih lewat Pemilu yang demokratis dan sah serta baru setahun memerintah, Mursi dipandang bukan lagi sebagai pemimpin yang diharapkan. Selain masih belum mampu mengatasi krisis ekonomi, Mursi dan para pendukungnya dari Ikhwanul Muslimin belakangan ini juga dipandang mulai bersikap mau menang sendiri dalam menyusun konstitusi baru dan kebijakan-kebijakan penting, tanpa mempedulikan kepentingan kaum liberal dan sekuler, yang juga berjasa menggulingkan rezim tangan besi Mubarak pada Revolusi Februari 2011.

Ultimatum yang dikeluarkan militer kepada Mursi bukan pepesan kosong. Al-Sisi dan militernya pada Rabu itu bergerak cepat. Mereka berani menahan presiden dan para pengikutnya. Pasukan Al-Sisi pun menutup siaran-siaran televisi yang mendukung Presiden Mursi.

Stasiun televisi nasional pun mereka kuasai. Inilah yang membuat Jenderal Al-Sisi leluasa berpidato secara nasional. Sebagai Panglima Angkatan Darat merangkap Ketua Dewan Kehormatan Tertinggi Angkatan Bersenjata dan Menteri Pertahanan Mesir, dia menyatakan bahwa pihaknya mengambil sejumlah langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan keadaan negara yang tidak menentu.

Al-Sisi tidak menyatakan langkah-langkah berikut ini adalah kudeta, melainkan memenuhi "panggilan rakyat Mesir" dalam menjalankan "tanggung jawab yang patriotik dan historis tanpa mengesampingkan atau mengucilkan pihak manapun." Di antara serangkaian langkah itu, militer membekukan konstitusi secara sementara dan Ketua Mahkamah Konstitusi akan mengumumkan pemilu presiden secepatnya.

Ketua Mahkamah Konstitusi pula, lanjut Jenderal al-Sisi, yang saat ini mengemban tugas sebagai pejabat sementara presiden sambil mempersiapkan pemilu baru. Al Sisi berjanji bahwa militer tidak akan turut campur dalam pembentukan pemerintahan yang baru.

"Angkatan Bersenjata Mesir menyatakan dan akan selalu bertekad menjauhkan diri dari kekuatan politik. Kami saat ini dipanggil rakyat Mesir untuk membantu, bukan untuk memegang kekuasaan," kata al-Sisi dalam pidato yang juga dipancarluaskan oleh sejumlah stasiun televisi internasional, termasuk Al-Jazeera dan BBC

Dalam pidato itu, Al-Sisi menjelaskan mengapa militer yang dia pimpin sampai harus mengambil tindakan drastis terhadap Presiden Mursi. Dia mengatakan pihak militer telah berkali-kali meminta Mursi untuk berdialog dengan kubu oposisi dan mencapai kompromi. Ini terkait perselisihan mereka dalam menyusun konstitusi berserta kebijakan-kebijakan baru di tubuh pemerintahan Mursi.

"Sejak lama militer menyerukan dialog nasional, namun ditolak oleh Presiden di saat akhir. Sudah banyak seruan dan inisiatif mengenai hal itu," kata Al-Sisi.

Terakhir, lanjut dia, pihak militer bertemu dengan Presiden Mursi pada 2 Juli lalu untuk mengutarakan pandangan mereka sekali lagi mengenai situasi negara dan dampaknya bagi rakyat Mesir. "Banyak harapan akan adanya konsiliasi nasional. Namun, tanggapan Presiden kemarin dan sebelum berakhirnya ultimatum 48 jam ternyata tidak memenuhi tuntutan rakyat," kata Al-Sisi. Itulah sebabnya militer yang dia pimpin segera bertindak. Kekuasaan Presiden Mursi pun dilucuti.

Seperti seruan Jenderal Al-Sisi, Ketua Mahkamah Konsitusi, Adly Mansour, langsung dilantik menjadi presiden baru beberapa jam setelah Mursi digusur dan ditangkap. "Saya bersumpah demi Allah untuk menegakkan sistem Republik Mesir dan menghormati konsitusi dan hukum dan melindungi rakyat serta menjaga negara ini," kata Mansour saat pengambilan sumpah pada Kamis pagi waktu setempat, seperti dikutip stasiun berita Al-Jazeera.

"Kaum revolusioner Mesir ada di mana-mana dan kami memuji mereka semua, yang membuktikan kepada dunia bahwa mereka cukup kuat. Para kaum muda Mesir yang pemberani, yang memimpin revolusi ini," kata Mansour.
Tidak berkompromi
Bagi kalangan pengamat, kudeta yang menimpa Mursi ini menandakan bahwa pemimpin yang sudah mendapat legitimasi melalui pemilu pun tidak langsung berarti bisa berbuat semaunya sendiri. Dia tetap harus menggandeng semua pihak, termasuk militer. Walau tidak lagi sedominan di era Mubarak, militer di Mesir masih tetap punya pengaruh besar bagi stabilitas politik di negara itu.

Beberapa lama setelah berkuasa, Mursi mengambil sikap yang bersinggungan dengan kaum militer. Dia tahun lalu memaksa jenderal yang berpengaruh, Hussein Tantawi, untuk pensiun dari posisinya sebagai Panglima Angkatan Bersenjata dan Menteri Pertahanan. Dia pun, ungkap kantor berita Reuters, mencabut sejumlah amandemen konstitusi yang memberi wewenang besar bagi pihak militer dalam mengendalikan keamanan dan ketertiban sipil di Mesir, yang masih belum stabil.   

Mursi pun dipandang terlalu mengutamakan kepentingan Ikhwanul Muslimin dalam menjalankan pemerintahan dan mengabaikan suara-suara kelompok lain. "Otoritas sipil bisa saja tertata secara rapi di Mesir bila Ikhwanul Muslimin bertindak lebih demokratis dan efisien," kata Rami Khouri, pengamat asal Beirut.
 
Pihak militer pun tampak tidak senang saat Presiden Mursi menghadiri acara massal pada 15 Juni lalu yang digalang kelompok Islam garis keras di Mesir. Acara itu menggalang dukungan agar Mesir terlibat dalam konflik di Suriah. Bagi militer, kehadiran Mursi sudah di luar batas sebagai pemimpin negara.

Bagi kalangan oposisi, Mursi pun sudah mulai bertindak sewenang-wenang dan berupaya mengembalikan Mesir ke masa kediktatoran seperti rezim Mubarak. Ini terlihat pada 22 November 2012 saat Mursi mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa presiden berhak mendapat wewenang yang tidak terbatas dan keputusannya tidak bisa diganggu-gugat.

Namun, setelah mendapat berbagai keberatan, Mursi terpaksa mencabut dekrit itu. Tak cua itu, dia pun dinilai bertindak sewenang-wenang saat memecat Jaksa Agung era Mubarak.


Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : Kang Newbie
Copyright © 2011. Eko Pelajar | Berbagi dan Belajar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger