"Semua proses akan menempuh jalur hukum," ujar Obama.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, tidak akan bernegosiasi dengan pemerintah China atau Rusia dalam upaya mereka memulangkan pembocor rahasia intelijen AS, Edward J. Snowden.
Sebelumnya, beberapa pakar Rusia menyarankan pemerintahannya untuk menukar Snowden dengan satu warga negara mereka yang kini ditahan di penjara AS dengan tuduhan penyelundupan senjata.
Kantor berita CNN, Jumat 28 Juni 2013 melansir, hal tersebut disampaikan Obama saat mengunjungi Senegal hari Kamis kemarin kepada media.
Dalam kesempatan itu, Presiden ke-45 AS itu mengatakan belum berbicara dengan pemimpin China atau Rusia terkait proses ekstradisi Snowden.
Sebelumnya, beberapa pakar Rusia menyarankan pemerintahannya untuk menukar Snowden dengan satu warga negara mereka yang kini ditahan di penjara AS dengan tuduhan penyelundupan senjata.
Kantor berita CNN, Jumat 28 Juni 2013 melansir, hal tersebut disampaikan Obama saat mengunjungi Senegal hari Kamis kemarin kepada media.
Dalam kesempatan itu, Presiden ke-45 AS itu mengatakan belum berbicara dengan pemimpin China atau Rusia terkait proses ekstradisi Snowden.
"Langkah itu tidak perlu ditempuh karena semua proses akan diselesaikan melalui jalur hukum," ujar Obama, saat memberikan keterangan kepada media.
"Saya tidak akan tergesa-gesa untuk bisa memulangkan seorang peretas berusia 29 tahun," imbuhnya.
Kekhawatiran Amerika
Sementara di tempat berbeda, Kepala Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Keith Alexander, pada Kamis kemarin mengaku khawatir jika Snowden akan kembali membocorkan rahasia negara yang lain.
Menurut dia, semakin banyak rahasia yang dibeberkan kepada publik, maka akan semakin membahayakan AS dan negara-negara sekutunya.
"Kebocoran informasi ini mengakibatkan kerugian besar bagi keamanan negara (AS). Apa yang terjadi saat ini, menurut saya, sangat melukai negara kami dan para sekutu. Ini sudah benar-benar keliru," ujar Alexander dalam pidatonya di Baltimore.
Dalam kesempatan itu, Alexander mengatakan, program PRISM yang dibuat NSA bertujuan untuk melindungi kebebasan publik dan membantu menyelamatkan AS serta negara sekutunya.
Dia menuturkan, ada 54 kasus yang telah diinformasikan kepada anggota Kongres terkait kasus teror yang diketahui dengan program tersebut.
Pelaku dari ke-50 kasus tersebut diakui Alexander telah ditahan atau dipenjara. Kebanyakan kasus tersebut terjadi di luar negara AS.
"Mengekspos program tersebut kepada publik malah semakin menyulitkan kami menelisik keberadaan teroris, oleh sebab itu akan menyebabkan nyawa kita terancam," kata Alexander.
Keberadaan Snowden sendiri saat ini masih ada di zona terminal Bandara Internasional Sheremetevo, Moskow, setelah pada hari Minggu kemarin kabur dari Hongkong.
Dia menumpang maskapai Rusia, Aeroflot dengan nomor penerbangan SU 213, dan diduga akan menuju ke Ekuador untuk mencari suaka politik.
"Saya tidak akan tergesa-gesa untuk bisa memulangkan seorang peretas berusia 29 tahun," imbuhnya.
Kekhawatiran Amerika
Sementara di tempat berbeda, Kepala Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Keith Alexander, pada Kamis kemarin mengaku khawatir jika Snowden akan kembali membocorkan rahasia negara yang lain.
Menurut dia, semakin banyak rahasia yang dibeberkan kepada publik, maka akan semakin membahayakan AS dan negara-negara sekutunya.
"Kebocoran informasi ini mengakibatkan kerugian besar bagi keamanan negara (AS). Apa yang terjadi saat ini, menurut saya, sangat melukai negara kami dan para sekutu. Ini sudah benar-benar keliru," ujar Alexander dalam pidatonya di Baltimore.
Dalam kesempatan itu, Alexander mengatakan, program PRISM yang dibuat NSA bertujuan untuk melindungi kebebasan publik dan membantu menyelamatkan AS serta negara sekutunya.
Dia menuturkan, ada 54 kasus yang telah diinformasikan kepada anggota Kongres terkait kasus teror yang diketahui dengan program tersebut.
Pelaku dari ke-50 kasus tersebut diakui Alexander telah ditahan atau dipenjara. Kebanyakan kasus tersebut terjadi di luar negara AS.
"Mengekspos program tersebut kepada publik malah semakin menyulitkan kami menelisik keberadaan teroris, oleh sebab itu akan menyebabkan nyawa kita terancam," kata Alexander.
Keberadaan Snowden sendiri saat ini masih ada di zona terminal Bandara Internasional Sheremetevo, Moskow, setelah pada hari Minggu kemarin kabur dari Hongkong.
Dia menumpang maskapai Rusia, Aeroflot dengan nomor penerbangan SU 213, dan diduga akan menuju ke Ekuador untuk mencari suaka politik.
No comments:
Post a Comment